Dari banyak aspek kehidupan, Qardhawi melihat bahwa banyak terjadi kesalah kaprahan di kalangan umat muslim dalam meletakan sekala prioritas dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana potret masyarakat kita saat ini, perkara yang berkaitan dengan seni hiburan, olahraga seperti gym untuk membentuk tubuh yang ideal dan perlombaan sepak bola lebih ramai dibicarakan dan dibahas oleh banyak orang ketimbang persoalan ilmu pengetahuan ilmiah dan pendidikan atau kesibukan memperdebatkan hal-hal yang bersifat khilafiyah dari pada yang pokok. Bukan berarti perkara yang telah disebutkan tadi tidak memiliki manfaat sama sekali jika dibicarakan, namun ada hal yang lebih penting yang perlu menjadi perhatian besar umat muslim saat ini. Pendidikan, kemiskinan, kelaparan, dan hal-hal lain yang harus segera deberantas.
Penyimpangan masyarakat muslim di dalam ranah fiqih prioritas
menurut beliau terjadi dikarenakan ketiadaan ilmu dan tuntunan fiqih yang
benar, sehingga umat muslim hilang arah. Wajar saja kita menemuka orang-orang
yang berelebihan dalam melakukan ritual agama seperti menunaikan ibadah haji
lebih dari pada semestinya dengan alasan lebih khusu, tetapi sayangnya mereka
malah luput memperjuangkan keadilan umat muslim di Palestina dengan hartanya,
atau shodakoh untuk memperjuangkan tersebarnya pemikiran islam di kalangan
remaja. Padahal dalam surat At-Taubah ayat 19-21 menyebutkan bahwa hal yang
berkaitan dengan perjuangan lebih baik di sisi Allah dari
pada ibadah haji.
“Apakah (orang-orang) yang memberi minum untuk orang-orang yang
mengerjakan haji dan mengurus Masjid al-Haram, kamu samakan dengan orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum muslim yang zhalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad di jalan Allah dengan harta, benda, dan diri mereka adalah tinggi
derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan
rahmat dari padaNya, keridhaan dan surge, mereka memperoleh di dalamnya
kesenangan yang kekal”
Perjuangan melawan sekulerisasi Barat, kemusyirakan, dan kekufuran
sangatlah urgent dan penting. Sedangkan ibadah haji kewajibannya hanya satu
kali, pergi berhaji berkali-kali adalah pemborosan dan tidak lebih prioritas
dari pada membantu jihad.
Poin pentingnya adalah, kewajiban yang mendesak harus diprioritaskan lebih dari pada
kewajiban yang bisa ditunda.
Dr. Yusuf Qordhowi sangat memperhatikan bahwa di kalangan umat muslim saat ini
banyak kekeliruan dalam meletakan sekala prioirtas mereka diantaranya;
1. Tidak memperhatikan kepentingan fardhu kifayah yang berkaitan
dengan umat secara luas. Contohnya membuat lembaga kajian ilmiah islam untuk
menghalau pengaruh sekuler Barat, industri halal, melawan pemerintah yang
dzhoilim, dll.
2. Mengabaikan sebagian fardhu ain atau kurang maksimal dalam
mengimplemetasikannya. Seperti meulupakan amal maruf nahi mungkar sebelum
melakukan ibadah sholat dan zakat. Bahkan dampak dari pengabaikan sebagian
fardhu ain ini menyebabkan murka Allah atas Bani Israil yang disebut dalam
surat al-Ma’dah ayat 78-79.
3. Ketimpangan perhatian pada suatu rukun islam yang berlebihan
dari pada rukun yang lain. Ada sebagian orang yang memfokuskan ibadahnya hanya
pada puasa namun melalaikan zakat, sholat, syahadat, dan
haji.
4. Mendahulukan yang Sunnah atas perkara wajib.
5. Mendahulukan ibadah individu dari pada amal jamai.
6. Sibuk dengan perkara yang furu’ (bercabang) namun lupa dengan
hal yang pokok.
7. Fokus pada perkara yang syubhat dan makruh ketimbang yang haram
atau menghidupkan amal wajib yang telah hilang.
Fenomena-fenomena yang telah dijelaskan mengakibatkan umat muslim
menganggap sesuatu yang besar menjadi kecil, membesar-besarkan yang kecil,
namun mendahulukan yang yang remeh, mengabaikan yang fadhu, mementingkan yang
Sunnah, mendahulukan urusan yang tidak genting, melalaikan urusan mendesak,
berbusa-busa membahas perkara khilafiyah, namun lalai melakukan amal yang sudah
jelas hukumnya. Oleh karena itu, Fiqih prioritas betul-betul diperlukan oleh
umat muslim saat ini agar tidak terjadi kekeliruan yang berkepanjangan dalam beramal.
0 komentar: