I’jaaz berasal dari kata (أعجز) yang artinya melemahkan. Keajaiban yang diberikan kepada nabi disebut mukjizat karena manusia tidak...

Mukjizat Al-Quran




I’jaaz berasal dari kata (أعجز) yang artinya melemahkan. Keajaiban yang diberikan kepada nabi disebut mukjizat karena manusia tidak mampu menirukan keajaiban tersebut[1].  Kita dapat fahami melalui kisah-kisah mukjizat para Nabi terdahulu. Nabi Musa misalnya. Saat para penyihir Firaun diperintahkan untuk melawan Nabi Musa AS.  Allah perintahkan Musa untuk menggunakan tongkat yang ia gengam, Terosontak dan terkejutlah dengan apa yang diperlihatkan Nabi Musa. Sebuah tongkat biasa tetiba menjadi ular. Tidak hanya itu, sesaat setelah tangannya dijepitkan ke dalam ketiaknya keluarlah cahaya sampai-sampai para penyihir andalan Firaun itu takjub dan yakin bahwa itu bukanlah  sihir.[2]

Kala kenabian Isa AS dipertanyakan oleh Herodes bahkan menantang beliau untuk menunjukan mukjizatnya dihadapaan rakyat-rakyatnya. Nabi Isa tak gentar, ia membuat sebuah patung berbentuk burung dari tanah liat ditiupnya patung itu –atas izin Allah patung tersebut berubah menjadi seekor burung sungguhan.[3]

Alquran adalah mukjiat Nabi Muhammad SA. Beliau dilahirkan dari Rasulullah di Arab.  Tinggal di lingkungan dan menjadi bagian dari masyarakat Arab. Saat itu, bangsa arab amat menyukai syair-syair. Perkembangan syair bangsa arab sangatlah tinggi. Bahkan, syair yang mampu menunjukan kedalaman sastranya di dalam suatu perlombaan akan digantungkan di dinding Ka’bah, dihormati, dimuliakan, dan dipersepsikan sebagai tahta tertinggi keindahan bahasa.

Ketika Al-quran hadir, didakwahkan oleh Rasulullah SAW. Takjub sesaeontero penduduk Arab dengan keindahan isinya. Al-Quran bukanlah sajak, puisi, atau prosa. Al-Quran adalah keindahan yang tidak pernah sekalipun dirasakan oleh para penyair ulung Arab. Bahkan sekeleber Abu jahal, Abu Sufyan, Walid bin Al-Mughiroh, dan para musyirikin lainnya tarcengang oleh keindahan kandungan Al-Quran. 

Allah menantang siapapun dan dari kalangan manapun untuk membuat sesuatu yang melebihi Al-Quran. Satu atau setengahnya pun tak masalah. Menariknya, dari awal diturunkannya Al-Quran bahkan sampai masa kemajuan peradaban teknologi dan sains tak ada satupun yang mampu meniru satu ayat atau bahkan setengahnya. Kelemahan untuk meniru ayat Al-Quran disebabkan karena mukjizat Al-Quran sendirilah yang mengelukan tangan dan lisan manusia untuk menirunya.[4]

Ketika Walid bin Al-Mughirah, seorang sastrawan termashyur di zaman Rasulullah, ditanya oleh Abu jahal kesan Walid terkait ayat-ayat suci Al-Quranul Kariim, ia pun menjawab:

“Demi Allah! Aku tidak pernah melihat dan mendengar diantara kita yang lebih pintar dari ku dalam menilai syair-syair, yang mengenl rajaznya dan khadhidnya. Demi Allah! Apa yang diucapkan oleh Muhammad itu tidak biasa disamakan dengan syair manapun. Demi Allah! Kata-katanya begitu indah diucapkan, manis didengar, puncaknya menimbulkan buah, dasarnya memancarkan kesuburan. Perkataan ini akan selalu diatas dan tidak akan pernah terlampaui, dan yang ada dibawahnya pasti otomatis akan hancur.” Padahal Al Walid saat itu seorang yang kufur. Namun, keistimewaan Al-Quran tidak dapat dibohongi.[5]
Banyak versi dalam kitab-kitab Ulumul Quran terkait pembagian jenis Ijaz Al-Quran. Namun setidaknya ada tiga hal yang mencakup berbagai perbedaan jenis I’jaz, diantaranya:

Pertama, Al-Quranul Kariim memiliki keindahan dan ketelitian bahasa. Mungkin, bagi orang yang tidak paham bahasa arab atau belum pernah mempelajari sastranya merasa biasa saja saat mendengar dan membaca ayat-ayatnya. Sulit menangkap kedalaman makna yang terkandung di dalamnya. Bahkan, bagi yang telah mendalami bahasa Arab pun belum tentu mampu memahami Al-Quran dengan baik.[6] Karena keindahan Al-Quran tidak pernah didengar dan dilihat sebelumnya oleh bangsa Arab yang sangat menyukai syair, sampai-sampai Abu jahal dan kawan-kawannya mengatakan Al-Quran adalah sihir.

Kedua, terdapat informasi gaib didalamnya. Quraish Syihab, di dalam bukunya Kaidah Tafsir,  membagi berita gaib ini menjadi dua. Gaib berupa informasi masa depan yang belum terjadi dan akan terjadi karena Al-Quran telah memprediksinya. Seperti kemenangan kaum muslimin di perang Badar yang didokumentaskan dalam surat Al-Anfal.

Sedangkan yang kedua ialah gaib berupa informasi masa lampau dan diketahui informasinya saat masa mendatang. Kisah tenggelamnya Fira’un saat mengejar Nabi Musa AS dan pengikutnya termaktub dalam surat Yunus ayat 90-92.  Baru diketahui validitas kisahnya setelah purbakalawan berkebangsaan Perancis, Jean Loret (1859-1946) menemukan mayat firaun di  Wadi al-Mulk di daerah daerah Thaba, Luxor, dekat dengan sungai Nil di Mesir pada Tahun1896 M.

Ketiga, terkandung di dalamnya informasi ilmiah. Ibnu Katsir menjelaskan perihal ini di dalam bukunya yang berjudul Tafsir Al-Quran Al-Azim bahwa Allah akan menunjukan bukti-bukti di alam ini untuk menegaskan bahwa Al-Quran itu benar. Hal ini selaras dengaan firman Allah SWT dalam surat Al-Fussilat ayat 53:

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) kami di segenap penjuru dan ada diri mereka sendiri jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”

Dengan kemajuan teknologi saat ini kevaliditasan informasi sains dalam Al-Quran semakin nampak. Misalnya saja teori Big Bangnya Albert Einstein. Awalnya alam semesta ini berupa massa yang besar (Primary Nebula) lalu terjadilah ledakan yang sangat dahsyat (Secondary Separational Cosmic Explosion). Materi-materi yang meledak mendingin sehingga terbentuklan bintang, bulan, matahari, planet, dan sebagainya.[7]

Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian kami pisahkan antara keduanya; dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?” (Al-Anbiya: 30)

Para ilmuan juga telah meneliti hubungan ukuran bumi dengan lapisan atmosfer. Dalam temuan mereka jika ukuran bumi sedikit saja mengecil implikasinya sangatlah besar, bumi akan kehilangan lapisan atmosfer. Daya grafitas bumi akan semakin mengecil sehingga bumi tidak dapat menahan atmosfer. Gas pembentuk atmosfer akan lepas ke angkasa. Begitupun sebaliknya, jika ukuran bumi membesar, gravitasi bumi mampu menahan lapisan atmosfer dan menarik gas-gas yang berada di luar angkasa masuk ke bumi. Jika hal itu terjadi pengaruhnya sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.[8]

“Dan tidaklah Kami bermain-main menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya.  Tidaklah kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq(benar), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”







[1] Qodhi, Abu Ammar Yasir. 1999. The Science of Quran. Brimingham : Al-Hidaayah Publishing.
[2] 2015. Kisah Nabi Musa Melawan Sihir. Dunia Nabi. Diakses pada 14 November 2019 melalui http://dunia-nabi.blogspot.com/2015/04/kisah-nabi-musa-melawan-ahli-sihir.html
[3] Megawati, Adriana. 2016. Kisah Nabi Isa, Bisa Hidupkan Burung Dari Tanah Liat dan dikhianati murid. Merdeka.com. Diakses pada 14 November 2019 melalui https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-nabi-isa-bisa-hidupkan-burung-dari-tanah-dan-dikhianati-murid.html
[4] Hamka, Buya. Tafsir Al-Azhar. Halaman 18.
[5] Hamka, Buya.2017. Tafsir Al-Azhar Juzuk I. Selangor, Malaysia: Publishing House.
[6] Syihab, M. Quraish.2013. Kaidah Tafsir. Tanggerang: Lentera Hati. 
[7] Zainal Abidin, Danial.  Al-Quran dan Sains. Pulau Pinang, Malaysia.
[8] A Jasmi, K. A. & Ahmad Zawawi, N. (2013). Al-Quran dan Geografi in Sains Asas, fizik, kimia dan geografi dari perspektif al-Quran. Skudai, Johor Bahru: Universiti Teknologi Malaysia Press

0 komentar: