Tidak
ada perdebatan perihal kedatang seorang
Rasul penerus para Nabi terdahulu di dalam ajaran para ahli Kitab (Yahudi dan
Nasrani). Sebagaimana Adullah Ibnu Salam seorang Yahudi masuk Islam karena
meyakini Muhammad sebagai Rasul Tuhan yang disebutkan di dalam kitab agamnya.
Begitupun
Salman Al Farisi, ia mengetahui ciri-ciri seorang Rasul terakhir dari pada
kitab injil dan ajaran dari para ulama Nasrani. Bahira seorng rahib Kristen memperingatkan
pamannya untuk menjaga Muhammad karena ia melihat tanda-tanda kenabian padanya.
Walaupun
seluruh bukti sejarah jelas mengatakan akan kedatangan seorang Rasul penutup anbiya
dan membawa agama Islam, konflik antar Yahudi dan Islam tetap berlanjut.
Sikap
penyangkalan Yahudi tentang ke Rasullan Muhammad didasari dari sifat tamak,
fanatik, serta keras kepala.
Konflik
antara agama yang awalnya berputar pada perdebatan teologis berkembang kepada
penistaan agama. Contohnya saja saat orang Yahudi menyuruh Rasulullah untuk
pindah ke Yarussalem karena itu adalah tempat kelahiran para nabi terdahulu.
Namun, mereka menantang Rasulullah jika sekiranya memang beliau benar-benar
Rasul ia seharusnya hanya melakukan apa yang telah dilakukan Rasul terdahulu.
Pernah
juga orang Yahudi mengganti kalimat assalamualaikum (semoga kamu diberikan
keselamatan) menjadi assamualikum (semoga kamu mati)
Yahudi
tidak benar-benar ingin memahami agama islam. Mereka takut akan dominasi umat
muslim dan khawatir supermasinya terancam.
Arogansi
rasial orang Yahudi membuat konfrontasi dengan umat muslim, penolakan yang
mereka lakukan terhadapa Rasul dan agama islam sama sekali tidak dilandasi oleh
ajarn kitab agama mereka melainkan penyakit hati yang bersemayam dalam jiwa
mereka.
Alquran
telah menyinggungnya dalam surat al-Baqoroh ayat 75 dan 79
“Maka apakah kamu
(Muslimin) sangat mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, sedangkan
segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah
memahaminya, padahal mereka mengetahuinya”
“Maka celakalah
orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian
berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah.
Maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka
karena apa yang mereka perbuat.”
Faktor Ekonomi
Orang
ara di Yathrib terdiri dari suku Aws dan Khazraj, mereka tinggal di daerah yang tidak subur. Lagi,
mereka hidup di dalam kemiskinan dan tidak memiliki hewan ternak karena
tempatnya yang tidaki cocok ditanami rerumputan. Sedangkan Yahudi, karena datang lebih awal
dari pada kedua suku tersebut, tinggal di area yang subur. Melihat kondisi
seperti itu, Yahudi mudah mendominasi perekonomian di Yathrib. Riba adalah instrument
andalan Yahudi untuk memperkaya diri mereka.
Saat
muslim mulai kekurangan uang Yahudi memanfaatkan kondisi tersebut untuk
meminjamkan uang dan bagi orang muslim yang berhutang diperlakukan dengan
kejam. Di singgung oleh Allah dalam surat al Imron ayat 161.
“dan karena
mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya, dan
karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami
sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih.”
Selain
itu Yahudi sering menaburkan benih fitnah kepada suku-suku yang saling
berdekatan sampai terjadi pertumpahan darah diantara mereka. Saat konflik
diantara kedua suku mulai mereda, mereka datang dengan fitnah yang baru sehingga
perang akan terjadi lalu mereka mendapatkan keuntungan dari penjualan
barang-barang perang.
Bahkan
saat muslim mulai dilarang melakukan riba, Yahudi berusaha menciptakan poros
ekonomi sendiri agar roda perekonomia selalu berjalan kea rah mereka.
Perjuangan Kekuasaan
Arab
sebelum kedatangan Rasululla SAW sangat lemah dan tidak dikenal. Hal ini karena
arab terpecah belah berdasarkan ras dan suku. Peperangan antar suku sudah
menjadi nafas orang-orang di Madinah. Namun, setelah kedatangan Rasulullah,
mereka dipersatukan dalam naungan islam.
Yahudi
pun kecewa tidak bisa menggunakan Rasulullah untuk keuntungan mereka, Orang
yahudi semakin takut akan kehilangan dominasi atas orang-orang di Madinah. Saat
mereka melihat umat muslim semakin kuat dan kokoh. Yahudi mulai kehilangan
pengaruhnya di madinah. Mulai dari sini mereka sadar bahwa pengaruh Rasulullah sangat
besar. Harapan mereka untuk menguasai Arab dari segi politik dan agama semakin
memudar sedangkan kebencian terhadap Muhammad meningkat drastis.
__________________
Islam, Tazul and S.M Yunus Gilani, “Religious Conflict
In Early Islam: A Study Of Its Causes From Qur’an Sunnah Perspective”, QURANICA
6, No. 2 (December): 1-10.
0 komentar: