Wacana pemindahan ibu kota Indonesia menjadi perbincangan hangat baik di kalangan masyarakat Jakarta maupun masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Pasalnya ibu kota yang baru akan berlokasi di Kalimantan Timur atau Kalimantan Tengah. Sampai sekarang pemerintahan masih melakukan kajian mendalam untuk menentukan lokasi spesifik. Adapun latar belakang tercetusnya rencana ini karena Presiden Joko Widodo ingin menghilangkan stigma Jawa sentris dan merubahnya menjadi Indonesia sentris. Melihat selama ini Jawa menjadi sentral kehidupan Indonesia, hal ini terindikasi dari 245 proyek strategis yang dicanangkan pemerintah 44%nya berada di pulau Jawa. Belum lagi sumbangsi PDB sebesar 58% berasal dari Jawa, 20% disumbangkan oleh Jakarta. Selain itu, permasalahan bencana alam, kepadatan penduduk, pencemaran alam, dan kesehatan masyarakat menjadi persoalan utama yang menjadi perhatian President Jokowi pula saat diwawancarai oleh reporter CNN.
Dalam cuitannya di twitter, President
Jokowi menulis “Kenapa ibu kota harus pindah? Jakarta ini menyangga beban yang
sangat berat sebagai pusat pemerintahan, bisnis, keuangan, perdagangan, dan
jasa. Ini bukan salah Pemprov DKI Jakarta. Tapi kita tidak terus menerus
membiarkan beban Jakarta yang makin berat”. Senada dengan cuitan Pak President,
menurut politis PSI, Tsamara Amani di acara ILC, ia menggambarkan keadaan ibu
kota Jakarta sedang dalam kondisi sakit. Kepadatan penduduk dan wilayah yang
rawan terkena gempa menjadi indikator kekronisan penyakit Jakarta.
Sekilas alasan pemindahan ibu kota
alih-alih menghilangkan kesan Jawa sentris sangat menarik melihat Indonesia
bukan hanya terdiri dari pulai Jawa namun terdiri dari banyak kepulauan, begitupun
permasalahan yang telah disebutkan diatas. Namun, jika dilihat dari urgensinya
pemindahan ibu kota seharusnya tidak perlu dilakukan dalam periode ini karena
negara kita pun sedang mengalami ‘penyakit ekonomi’.
Perlu diakui pertumbuhan perekonomian Indonesia
sedang tidak berada dalam zona menguntungkan. Pasalnya pertumbuhan ekonomi kita
tidak keluar dari 5%. Menurut Badan
Pusat Statistik pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kuartal II-2019 hanya hanya
mencapai 5,05% padahal jika dibandingkan saat kuartal II tahun sebelumnya
mencapai 5,27%. Ditambah lagi defisit anggaran dana disebabkan oleh stagnansi
pendapatan negara. Menurut mentri keuangan Sri Mulyani, pada periode Juni 2019
indonesia mengalami defisit anggaran dana sebesar Rp 135,8 Triliun pendapatan
negara yang tidak kunjung meningkat menjadi persoalan utama hal tersebut
terjadi.
Dalam riset yang dilakukan oleh Institute for Development of
Economic and Finance (Indef) pemindahan ibu kota dari Jakarta
ke Kalimantan Timur atau Kalimantan Tengah tidak menghasilkan perubahan apapun
pada PDB rill nasional. Seandainya ibu kota pindah ke Kalimantan Tengah
konsumsi rumah tangga akan naik 2,37%, tetapi dalam sekala nasional angkanya turun
drastis menjadi 0,02%. Neraca perdagangan diperkirakan akan turun, jumlah expor
dan impor secara nasional hanya mencapai 0.01%. Dampak yang lebih parah akan
dialami oleh Kalimantan Timur jika pemindahnnya berlokasi di sana ditambaah
lagi PDB rill sekala nasional tidak memberikan dampak apapun atau dengan kata
lain hanya 0,0%.
Rencana anggaran dana yang disiapkan
pemerintah untuk merealisasikan kegiatan ini pun terbilang sangat besar yaitu
Rp 466 Triliun. Dengan kondisi perekonomian yang sedang ‘sakit’ pemindahan ibu
kota Jakarta terkesan tidak bijak. Belum lagi, anggaran dana program ini tidak
termasuk di dalam RAPBN negara. Ide pemindahan ibu kota dengan dalih Indonesia
sentris dan mengurangi beban Jakarta memang bagus, namun waktu untuk
mewujudkannya tidak tepat. Apakah pemindahan ibu kota lebih mendesak dari pada
menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia? Malahan, hal tersebut tekesan
menambah ‘penyakit’ yang sedang diderita negara ini.
________________
Referensi :
Hahijari, Otis. 2019. Perlukah Ibu Kota
Pindah. Indonesia Lawyer Club.
Indonesia, CNBC. 2019. Ekonomi RI Cukup
Berat, Bahkan Berat Sekali. https://www.cnbcindonesia.com/news/20190813184207-4-91813/ekonomi-ri-cukup-berat-bahkan-berat-sekali.
(14 Agustus 2019).
________, CNN. 2019. Sampai Apri 2019. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190516174617-532-395521/sampai-april-2019-defisit-
apbn-sentuh-rp101-triliun.
(16 Mei 2019)
Kompas.com. 2019. Defisit APBN Naik,
Tembus Rp 135,8 Triliun pada Juni 2019. https://money.kompas.com/read/2019/07/16/183000926/defisit-apbn-naik-tembus-rp-135-8-triliun-pada-juni-2019.
(16 Juli 2019)
Lidyana, Vadiha. 2019. Meramal Dampak
Ibu Kota Pindah Ke Pertumbuhan Ekonomi. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4678531/meramal-dampak-ibu-kota-pindah-ke-pertumbuhan-ekonomi.
( 23 Agustus 2019).
Silaban, Martha Wartha. 2019. Riset Indef: Ada Dampak Negatif
Pemindahan Ibu Kota Ke Kalimantan. https://bisnis.tempo.co/read/1239682/riset-indef-ada-dampak-negatif-pemindahan-ibu-kota-ke-kalimantan.
( 24 Agustus 2019).
Mengurangi beban Jakarta tetapi menambah beban negara 👍
BalasHapus